Mengenal Kandungan Kafein dalam Kopi

Kafein adalah alkaloid yang terdapat dalam biji kopi (Coffea robusta /Coffea arabica), yang berasal dari Arab dan Etiopia. Sekitar tahun 1000 M, orangorang Arab menemukan rahasia cara mengolah biji kopi dan menggunakannya sebagai minuman yang menyegarkan. Di Eropa, kebiasaan minum kopi dikenal sejak tahun 1615, ketika muatan kopi pertama dari Turki tiba di pelabuhan Venesia. Kemudian, tumbuhan kopi diselundupkan ke Brasilia yang kini menjadi produsen kopi terbesar di dunia. Selanjutnya kopi menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia (Tjay dan Rahardja, 2002).



Dalam Erowid (2005) dikemukakan bahwa kafein (Inggris: caffeine) terkandung sebanyak 1 – 2,5 % dalam kopi, dikenal dengan nama kimia 3,7- dihydro-1,3,7-trimethyl-1H-purine-2,6-dione atau 1,3,7-trimethylxanthine, dengan rumus kimia C8H10N4O2 dan memiliki berat molekul 194,19. Menurut Weinberg dan Bealer (2001) kafein murni pertama kali diisolasi oleh ilmuwan Jerman, Friedrich Ferdinand Runge, pada tahun 1819. Saat diisolasi dalam bentuk murni, kafein memiliki bentuk serbuk kristal putih yang rasanya sangat pahit, dan dapat diperoleh melalui proses “decaffeinating” kopi. Kafein inilah yang menimbulkan rasa pahit pada kopi.

Kafein merupakan senyawa aditif yang dalam beberapa aksinya memiliki mekanisme yang sama dengan amphetamine, kokain dan heroin untuk merangsang otak. Efek kafein lebih lemah daripada amphetamine, kokain dan heroin, tetapi memanipulasi jalur yang sama, hal inilah yang menjadi salah satu kualitas aditif kafein. Oleh karena itu banyak orang yang merasa tidak dapat bekerja tanpa meminum kopi dan harus mengkonsumsinya setiap hari karena sudah kecanduan kafein (Erowid, 2005). Kafein diabsorbsi secara cepat melalui usus ke pembuluh darah dan membutuhkan waktu 15-45 menit untuk mencapai puncaknya. 

Tingkat kafein dalam darah yang mencapai otak akan menunjukkan besarnya efek yang akan ditimbulkan pada tubuh. Biasanya sistem saraf pusat dirangsang maksimal dalam 30-60 menit (Erowid, 2005) Kafein dimetabolisme dalam hati dengan bantuan enzim cytochrome P450 oxidase dan menghasilkan tiga metabolit dimethylxanthine, yang masingmasing memiliki efek tersendiri dalam tubuh. Menurut Dews (1984) ketiga metabolit tersebut adalah:

a. Paraxanthine (84%) – bertanggung jawab dalam meningkatnya proses lipolisis, sehingga mendorong pelepasan gliserol dan asam lemak menuju darah untuk digunakan sebagai sumber energi bagi otot 
b. Theobromine (12%) – memacu dilatasi pembuluh darah dan meningkatkan volume urin (efek diuretik) 
c. Theophylline (4%) - mendorong relaksasi otot bronkus sehingga dapat digunakan dalam perawatan asma, dan berperan sebagai chronotrope dan inotrope yang meningkatkan frekuensi denyut jantung.

Biasanya sisa metabolisme ini diekskresi bersama urin dalam bentuk metal urat atau methylxanthine, meskipun kafein juga dapat diekskresi melalui ludah, semen, dan air susu ibu (ASI) (Weinberg dan Bealer, 2001) Kafein akan terus memberikan pengaruh dalam tubuh selama masih terkandung di dalam darah, tetapi biasanya akan segera diekskresi setelah beberapa jam. Waktu yang dibutuhkan tubuh untuk mengeliminasi setengah dari total kafein yang dikonsumsi bervariasi dari beberapa jam hingga beberapa hari, tetapi untuk orang dewasa yang tidak merokok rata-rata adalah 3-4 jam. Beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah pengobatan, penyakit hati, kehamilan, dan jumlah enzim dalam hati yang dibutuhkan untuk metabolisme kafein (Erowid, 2005). 

Menurut Brain (2005) kafein cepat diabsorbsi setelah pemberian secara oral, rektal, atau parenteral, didistribusikan ke seluruh tubuh dengan volume distribusi 400 – 600 mL/kg dan memiliki waktu paruh plasma antara 3-7 jam. Dalam keadaan perut kosong sediaan kafein dalam bentuk cair dapat menghasilkan kadar puncak dalam plasma setelah 1 jam. Kafein berkhasiat menstimulasi sistem saraf pusat (SSP), dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar, dan mengantuk, memperkuat daya konsentrasi dan meningkatkan kecepatan reaksi, serta memperbaiki prestasi otak dan suasana jiwa. Kafein juga berefek inotrop positif terhadap jantung (memperkuat daya kontraksi), vasodilatasi perifer, dan diuretik (Tjay dan Rahardja, 2002). Pada taraf seluler kafein menghambat enzim fosfodiesterase yang menyebabkan translokasi Ca2+, dan memblokade reseptor adenosine (Ritchie, 1996).

Efek Kafein

Salah satu efek kafein yang timbul dalam jangka waktu pendek adalah efek diuretik. Efek ini timbul karena kafein dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus dan menurunkan reabsorbsi natrium di tubulus ginjal. Efek ini dapat timbul pada pemberian kafein 85-250 mg atau sebanding dengan 1-3 cangkir kopi (Mutschler, 1991) 

Beberapa orang menduga bahwa konsumsi kafein pada saat melakukan olah raga atau kerja berat dapat menyebabkan dehidrasi karena kafein mempunyai efek diuretik, tetapi hasil analisis Armstrong (2002) yang berfokus pada rata-rata jumlah kafein yang dikonsumsi (sekitar 1-4 cangkir kopi per hari) mengindikasikan bahwa: 
a. Saat mengkonsumsi minuman berkafein, tubuh menahan sejumlah cairan untuk mencegah dehidrasi 
b. Konsumsi kafein dalam jumlah sedang menyebabkan diuresis lemah yang serupa dengan air (saat dikonsumsi dalam jumlah banyak air akan meningkatkan ekskresi urin) 
c. Orang yang terbiasa meminum kafein memiliki toleransi tinggi terhadap efek diuretik dari kafein 
d. Tidak ada hubungan antara konsumsi minuman berkafein dengan ketidakseimbangan cairan elektrolit yang mengganggu kesehatan atau kemampuan berolahraga. 

Sensitivitas setiap orang terhadap kafein berbeda-beda, beberapa orang dapat minum beberapa cangkir kopi selama satu jam dan tidak mengalami efek apapun, sedangkan beberapa orang lain segera merasakan efeknya hanya dengan 8 sekali minum. Hal ini juga bergantung pada jenis kopi yang diminum (original atau decaffeinated) serta penggunaan bahan campuran seperti krim, susu maupun gula. Hasil penelitian National Institutes of Health (NIH) mengindikasikan bahwa tidak ada perbedaan cara pada orang dewasa dan anak-anak dalam mengatasi efek kafein, baik yang terkandung dalam makanan maupun minuman (Anonim, 2005). 

Lethal dosis minimum dari kafein pada manusia adalah 3.200 mg secara intravena. LD50 dari kafein yang diberikan per oral berkisar antara 13 - 19 gram untuk orang dewasa, dan bergantung pada berat tubuh maupun sensitivitas individu. LD50 bagi semua orang diperkirakan 150 - 200 mg per kg berat badan atau sekitar 140 - 180 cangkir kopi. Untuk tikus LD50 dari kafein per oral adalah 192 mg / kg BB (Erowid, 2005)

1 komentar: