Morfologi Protista

Protozoa memiliki bentuk serta ukuran yang beragam. Sebagian protozoa berbentuk membulat (bola), dan sebagian lagi memanjang atau polimorfik. Sitoplasma pada protozoa terbagi menjadi dua bagian, yaitu endoplasma di bagian dalam dan ektoplasma di bagian luarnya. Endoplasma berisi struktur-struktur seluler, sedangkan ektoplasma tertutupi oleh membran sitoplasma yang berperan sebagai pelindung. Inti sel pada protozoa juga beragam, dari yang berjumlah satu inti hingga dua inti.
 
 














Gambar 2.2. Struktur Protista Berflagella (Solomon, 2008: 531)

Dua inti pada protozoa biasanya memiliki fungsi yang berbeda. Cilliata memiliki makronukleus yang berperan dalam pengaturan metabolisme termasuk pertumbuhan, sedangkan mikronukleus berperan dalam pengaturan dan pengendalian reproduksi. 

Ciri pembeda pada protozoa lainnya adalah keberadaan pelikel sebagai pengganti dari dinding sel yang memiliki ketebalan tertentu. Selain pelikel, sebagian protozoa juga dilengkapi dengan cangkang (shell) yang berperan sebagai lapisan penutup (Sumarsih, 2003: 221). Cangkang tersusun dari bahan-bahan organik dan anorganik seperti kalsium karbonat dan silika. Protozoa spesifik misalnya yang bersifat parasit kadang juga dilengkapi dengan sista yang ikut dipindahkan ke inangnya selama proses perkembangan. 



Gambar 2.3. Klasifikasi Eukarya berdasarkan Tinjauan Evolusi
 (Solomon, 2008: 533)

a.    Excavates sebagai Zooflagellates AnaerobicZooflagellata memiliki ciri-ciri memanjang atau membulat, heterotrof, uniseluler dan sebagian kecil berkoloni. Zooflagelata bergerak dengan cara memukulkan flagela yang terletak pada ujung anteriornya. Organisme ini dianggap memiliki hubungan kekerabatan yang erat dengan nenek moyangnya (sel prokariotik). Respirasi dilakukan secara glikolisis anaerobik (mungkin dengan fermentasi) karena tidak memiliki mitokondria yang memadahi. Salah satu yang termasuk ke dalam jenis ini adalah diplomonads. 

Giardialamblia merupakan diplomonad parasit penyebab terjadinya giardiasissehingga dapat menularkan penyakit diare. Diplomonads memiliki mitokondria non-fungsional serta memiliki dua inti. Jenis lain dari zooflagellata adalah Trichonymphadan Myxotrichayang hidup di perut rayap serta kecoa pemakan kayu. Trichonympha bersimbiosis dengan rayap dan memakan serabut ataupun serpihan kayu yang dimakan oleh rayap. Selain itu, Trichonympha juga bersimbiosis dengan bakteri untuk mencerna selulosa yang terkandung dalam kayu. Organisme ini dilengkapi dengan flagela dan badan golgi (Solomon, 2008: 536). 










 







Gambar 2.4. Diplomonads (Madigan, 2012: 593)

b.    Discicristatestermasuk Euglenoids dan Trypanosomes 
Discicristates merupakan zooflagelata yang memiliki krista mitokondria berbentuk seperti cakram. Salah satu anggota dari discicristates adalah euglenoids. Ciri umum dari euglenoids adalah uniseluler dan memiliki dua flagela yang berbeda ukuran panjangnya. Salah satu euglenoids yaitu euglena selalu terlihat mengalami perubahan bentuk ketika sedang berenang di air. Hal ini disebabkan karena pelikel di permukaan membran sitoplasmanya bersifat fleksibel. Cara reproduksi organisme ini adalah dengan reproduksi aseksual yaitu dengan mitosis. 

Euglenoid merupakan protista yang menghuni perairan tawar, terutama pada genangan air. Hal ini menjadikan euglenoid seringkali digunakan para peneliti sebagai parameter pencemaran air akibat sampah organik. Euglenoids autotrofik dilengkapi dengan klorofil a dan b serta pigmen yang mirip seperti pada ganggang dan tanaman hijau.
 










 


Gambar 2.4. Euglena (Madigan, 2012: 594)












 

Gambar 2.5. Struktur Euglena Skematik (Solomon, 2008: 537)

Contoh lain dari discicistrates adalah Trypanosoma. Trypanosoma merupakan discicristates berwarna yang sebagian besar anggotanya parasit. Umumnya, Trypanosoma hidup dalam cairan darah vertebrata termasuk manusia. Trypanosoma brucei adalah parasit penyebab penyakit tidur dan jika telah menyerang sistem saraf pusat menyebabkan terjadinya lesu atau mengalami kesulitan berbicara dan berjalan.
 











Gambar 2.6. Trypanosoma brucei, Penyebab Penyakit Tidur
(Solomon, 2008: 537)

c.    Alveolates dengan Vesikel di Bawah MembranPenggolongan mikroorganisme dalam kelompok alveolates adalah kesamaan pada urutan ribosomal DNA dan keberadaan vesikel kecil yang terletak di bawah membran plasman yang berisi selulosa. Anggota dari alveolates meliputi ciliates, dinoflagellata, dan apicomplexans.
 
1)    Ciliates    Ciliata merupakan uniseluler dengan pelikel fleksibel namun sebenarnya memiliki bentuk tubuh yang tetap. Alat gerak menggunakan cilia yang berjumlah ribuan pada permukaan tubuhnya.Cilia merupakan struktur yang memanjang dari pori-pori pelikel yang berukuran kecil. Selain digunakan untuk pergerakan, cilia juga digunakan untuk melekat pada substrat, mengatur arus air dan menata makanan. Sebagian ciliata juga hanya memiliki cilia yang hanya terdapat di permukaan ventral tubuhnya dan bergerak dengan cara merangkak. 
    Makanan ciliata berbeda-beda bisa berupa protista kecil lainnya maupun bakteri. Makanan akan diatur oleh cilia kemudian dilewatkan melalui oral groove ke dalam selnya. Makanan tersebut kemudian dicerna oleh vakuola yang terkandung di dalam sel, dan sisa makanan akan dibuang melalui anal groove. Vakuola kontraktil dipergunakan untuk  mengatur kadar air dalam sel ciliata dari lingkungan perairan yang ada di sekitarnya. Ketika keadaan hipertonik, maka ciliata akan mengambil/ menyerap air dengan cara osmosis, dan ketika sebaliknya air akan banyak dikeluarkan menuju lingkungannya.
 










Gambar 2.7. Struktur Ciliata dan Proses Pencernaannya
(Solomon, 2008: 538)

2)    Dinoflagellata sebagai Plankton LautDinoflagellata sebagian besar merupakan uniseluler dan memiliki vesikel yang mengandung selulosa. Dinoflagelata memiliki dua buah flagela, satu melintang di bagian tengah sel dan yang lainnya memanjang tegak lurus tehadap flagela yang pertama. Sebagian besar dinoflagelata merupakan mikroorganisme fotosintetik yang memiliki klorofil a dan b. Dinoflagelata yang tidak berwarna biasanya memakan bakteri. Sebagian dinoflagelata bersifat endosimbion di dalam tubuh moluska, karang maupun ubur-ubur. Reproduksi dapat dilakukan secara seksual serta aseksual (dengan mitosis). 

3)    Apicomplexans Pembentuk Spora Parasit pada HewanSebagian besar dari kelompok ini merupakan parasit dan tidak dilengkapi dengan alat gerak. Apicomplexans bergerak dengan cara meregangkan selnya. Mikroorganisme ini dilengkapi dengan mikrotubulus apikal yang digunakan untuk menempel pada inangnya. Pada tahapan tertentu dalam siklus hidupnya, apicomplexans memproduksi sporozoit yang kemudian digunakan sebagai agen infeksi terhadap inang berikutnya.
Penyakit malaria disebabkan oleh sporozoit plasmodium melalui perantara nyamuk anopheles betina. Sporozoit melalui gigitan nyamuk akan menuju ke sel hati dan berkembangbiak, kemudian akan bercampur dengan sel-sel darah merah. Ketika telah menginfeksi sel darah merah, parasit-parasit baru akan terbentuk dan menginfeksi sel darah merah yang lainnya. Akibatnya ketika sebagian besar sel darah merah telah terpapar menyebakan penyakit malaria dengan ciri-ciri tubuh menggigil disertai dengan demam tinggi.
 







 



Gambar 2.7. Infeksi Plasmodium melalui Anopheles Betina
(Solomon, 2008: 541)

d.    CercozoanCercozoan memiliki ciri khusus dengan adanya pseudopodia untuk mencari makan dan alat pergerakan. Cakupan cercozoa meliputi tiga kelompok yaituchlorarachniophytes, foraminiferans, dan radiolarians. Chlorarachniophytes merupakan amoba fotosintetik yang dilengkapi dengan klorofil. Sedangkan formainifera umumnya hidup di lautan dengan struktur cangkang yang khas (Madigan, 2011: 598). Foraminifera merupakan organisme pemakan bakteri dan partikel yang berasal dari sisa-sia organisme yang telah mati.
 







 





Gambar 2.. Formanifera anggota Cercozoa (Madigan, 2012: 598)

Radiolarians merupakan organisme heterotrof yang hidup di laut dan memiliki pseuodopodia. Cangkang radiolaria seringkali terlihat indah dengan struktur yang simetris radial. Cangkang dalam dari organisme ini terbuat dari silika dan tersebar luas di samudera Pasifik (Kimball, 1983: 861).
 
e.    Amoebozoa
Kelompok amoebozoa dicirikan dengan adanya lobus pseuodopodia yang digunakan untuk bergerak serta memposisikan makanan. Lobus pseuodopodia ini berbeda dengan struktur benang pseuodopodia yang dimiliki cercozoa. Amoebozoa meliputi gymnamoebas,entamoebas, plasmodial dan slime molds.


Gymnamoebas melakukan pergerakan dengan aliran sitoplasma melalui mikrofilamen di bawah membran sitoplasma. Gerakan sitoplasma kemudian menyebabkan aktifnya pseudopodia sehingga terbentuklah gerakan-gerakan amoeboid. Makanan dari gymnamoebas adalah protista lain, bahan organik dan bakteri. Entamoba lebih bersifat parasit untuk vertebrata yang biasa hidup di bagian-bagian tubuh organisme yang lembab, misal pada rongga mulut dan saluran pencernaan. Salah satu contohnya adalah Entamoeba histolytica yang menyebabkan penyakit disentri melalui krista yang ditularkan.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, et al. 2003. Biologi, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Fransisca Sudargo. 2013. Evolusi Prokariot, Protista dan Tumbuhan. Bogor: Universitas Pendidikan Indonesia.
John W. Kimball. 1983. Biologi, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Madigan, et al. 2012.  Biology of Microorganisms. San Fransisco: Pearson Education, Benjamin Cummings.
Sri Sumarsih. 2003. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: Jurusan IlmuTanah Fakultas Pertanian UPN Veteran        Yogyakarta.
Solomon, B. M., et al. 2008. Biology, Eight Edition. United States of America: Thomson Brooks Corporation.

0 komentar