Semua mikroorganisme
memerlukan bahan makanan untuk kehidupannya. Bahan makanan didapat dari
lingkungan baik berupa bahan organik maupun bahan anorganik. Bahan makanan ini
sebagai energi yang dibutuhkan semua
sel untuk menggerakkan proses kehidupan. Menurut Madigan, et al., (2012) energi diperoleh dari bahan kimia organik oleh chemoorganotrophs, dari bahan kimia
anorganik oleh chemolithotrophs, dan dari cahaya oleh phototrophs
Menurut Purnomo (2004) bahan organik dan bahan anorganik
disebut nutrient, dan proses
pengambilan atau penyerapan (absorbsi) nutrien kita sebut nutrisi. Didalam sel nutrient atau bahan makanan diubah
oleh sederetan reaksi enzim bergandengan dan berurutan melalui proses yang
disebut metabolisme.
Metabolisme bakteri |
Menurut Brock, et al. (1994) kata metabolisme berasal
dari Yunani, metabole yang berarti “berubah”. Dalam Madigan, et al., (2012) metabolisme adalah kumpulan
reaksi kimia yang berbeda dan mengatur berbagai molekul kedalam suatu struktur
tertentu, sebelum sel bisa berreplikasi. Menurut Pelczar, et al. (2010) metabolisme adalah semua reaksi kimiawi yang
dilakukan oleh sel untuk menghasilkan energi dan yang menggunakan energi untuk
sintesis komponen-komponen sel dan untuk kegiatan-kegiatan selular, seperti
pergerakan.
Proses metabolisme
terdiri atas: proses perombakan senyawa-senyawa kimia didalam sel atau
katabolisme dan proses pembentukan komponen sel atau anabolisme (Ristiati,
2000). Dalam Madigan, et al., (2012) reaksi metabolisme
katabolik, yang
berarti
melepaskan energi, sedangkan anabolik, yang
berarti membutuhkan energi. Katabolisme memecah struktur molekul bawah dan melepaskan
energi
dalam proses, sedangkan anabolisme
menggunakan energi untuk membangun molekul yang lebih besar dari yang lebih
kecil. Begitu juga menurut Pelczar,
et al., (2010) reaksi
kimiawi yang membebaskan energi melalui perombakan nutrient disebut reaksi
disimilasi atau peruraian yang merupakan kegiatan katabolik sel. Sedangkan
reaksi yang menggunakan energi untuk sintesis dan fungi-fungsi sel lainnya
disebut reaksi asimilasi atau anabolik (Pelczar, et al., 2010). Menurut Campbell, et al., (2010), metabolisme adalah sifat emergen kehidupan yang
muncul dari interaksi antara molekul-molekul dalam lingkungan sel yang teratur.
Jadi metabolisme merupakan hasil pengumpulan dari reaksi anabolis dan
katabolisme.
Selama berlangsungnya
reaksi kimiawi, akan terjadi pembebasan atau penggunaan energi. Jumlah energi
yang dilepaskan atau dipakai selama berlangsungnya suatu reaksi disebut
perubahan energi bebas (∆G) yang dinyatakan dalam kalori. Bila ∆G bernilai
negatif maka reaksi tersebut membebaskan energi yang disebut reaksi eksergonik.
Bila ∆G bernilai positif maka reaksi tersebut membutuhkan energi yang disebut
reaksi endergonik (Madigan, et al.,
2012).
Pemanfaatan energi
kimia dalam makhluk hidup melibatkan reaksi oksidasi reduksi (redoks). Energi yang
dilepaskan dalam reaksi
oksidasi-reduksi
(redoks) dikonservasi dalam sel dengan sintesis simultan senyawa kaya energi, seperti ATP.
Oksidasi adalah hilangnya elektron dari suatu molekul, dan reduksi adalah penambahan elektron oleh
molekul lain (Madigan, et al., 2012). Dalam biokimia oksidasi dan reduksi merupakan hal umum yang melibatkan elektron atau elektron
ditambah proton (atom hidrogen, H). Dalam reaksi ini, substansi
teroksidasi (H2) sebagai donor elektron, dan substansi terreduksi (O2)
sebagai akseptor elektron. Konsep donor dan akseptor elektron sangat penting
dalam mikrobiologi dan mendasari hampir semua aspek metabolisme energi.
Dalam artikel ini hanya akan akan dibahas mengenai
katabolisme yaitu bagaimana bakteri memperoleh energi yang nantinya digunakan
untuk aktivitas sel.
Kegiatan katabolik sel merupakan reaksi kimiawi yang membebaskan energi melalui perombakan nutrient atau disebut juga reaksi disimilasi atau peruraian (Pleczar, et al., 2010). Bila sel merombak ikatan-ikatan kimiawi tertentu selama metabolisme, energi yang dilepaskan menjadi tersedia untuk melangsungkan kerja biologis. Selama katabolisme, untuk memproses berbagai nutrisi menggunakan enzim (Prescott, et al., 2008).
Katabolisme sel
Dalam reaksi metabolisme, enzim pada umumnya dilengkapi dengan energi kimia yang tersedia disebut adenosine triphosphate, atau sederhananya ATP. Energi didalam molekul ATP didapat dengan mengurai rantai energi tinggi yang terdapat pada grup fosfat akhir yang terdapat pada molekul. Enzimnya disebut adenosine triphosphatase (ATPase) yang mengkatalis reaksi. Meskipun molekul ATP digunakan dimana-mana oleh bakteri, ATP tidak cocok untuk menyimpan energi.
Oleh karena itu, sel-sel mensintesis atau mendapatkan molekul kecil seperti glukosa atau lipid untuk menyimpan energi. Kemudian, energi dalam molekul dapat dibebaskan dalam katabolisme dan digunakan untuk mengganti ATP dari ADP dan P. ATP yang dihasilkan akan mengendalikan katabolisme dan anabolisme serta aktivitas lain dari bakteri (Alcamo, 1994). Jadi ATP merupakan “mata uang energi” bagi sel dan merupakan medium perrtukaran energi antara reaksi-reaksi eksergonik dan endergonik (Pelczar, et al., 2010).
Jalur katabolik
Dua rangkaian reaksi yang terkait dalam konservasi energi di chemoorganotrophs adalah fermentasi dan respirasi (Madigan, et al., 2012). Fermentasi merupakan bentuk katabolisme anaerob terdiri dari gabungan bahan organik donor elektron dan akseptor elektron, dan ATP dihasilkan oleh fosforilasi tingkat substrat; respirasi adalah katabolisme yang merupakan oksidasi gabungan O2 (atau penganti O2) sebagai pusat akseptor elektron, biasanya selalu disertai dengan produksi ATP phosfolirasi oksidatif. Menurut Campbell, et al., (2010) salah satu proses katabolik, yaitu fermentasi (fermentation) merupakan penguraian gula sebagian yang terjadi tanpa penggunaan oksigen. Akan tetapi jalur katabolik yang paling dominan dan efisien adalah respirasi aerobik (aerobic respiration) yang menggunakan oksigen sebagai reaktan bersama dengan bahan organik.
Dalam fermentasi dan respirasi, sintesis ATP adalah pasangan untuk membebaskan energi dalam reaksi oksidasi-reduksi. Fermentasi dan respirasi adalah pilihan alternatif metabolisme yang dapat digunakan untuk semua mikroorganisme. Dalam organisme bisa mengalami keduanya baik fermentasi dan respirasi, seperti yeast, fermentasi penting ketika kondisi anaerob dan terminal akseptor elektron tidak ada. Ketika tersedia O2, dapat melakukan respirasi. ATP yang dihasilkan lebih banyak dalam respirasi daripada fermentasi.
Macam-macam Katabolisme
Menurut Madigan, et al., (2012) tiga macam katabolisme selain dari fermentasi dan respirasi
aerob yaitu: respirasi anaerobik,
chemolithotrophy, dan phototrophy. Respirasi anaerobic adalah respirasi
yang berlangsung dalam kondisi tidak
terdapat oksigen, akseptor elektron selain oksigen dapat digunakan untuk mendukung respirasi pada prokariota tertentu. Beberapa elektron
akseptor
yang digunakan dalam respirasi anaerob meliputi nitrat (NO3- direduksi menjadi nitrit, NO2-, oleh Escherichia coli atau N2 oleh spesies Pseudomonas), ferri oksida (Fe3+ direduksi menjadi Fe2+ oleh spesies
Geobacter), sulfat (SO42+ direduksi menjadi hidrogen
sulfida, H2S, oleh
spesies Desulfovibrio), karbonat (CO32+, direduksi menjadi metana, CH4, oleh metanogen atau asetat oleh acetogens), dan
gabungan senyawa organik
tertentu. Ketersediaan O2
kadang sedikit atau tidak ada dalam habitat mikrobia, sehingga respirasi anaerob
menjadi sangat penting. Seperti dalam respirasi aerobik, respirasi anaerobik melibatkan transpor elektron, pergerakan proton, dan
aktivitas ATPase.
Chemolithotrophs
adalah organisme yang menggunakan bahan kimia anorganik sebagai donor elektron. Contoh yang berhubungan dengan donor elektron anorganik yaitu: H2S,
gas hidrogen (H2),
Fe2+, dan NH3. Metabolisme Chemolithotrophic
sama dengan respirasi aerobik dan dimulai dengan oksidasi dari donor elektron anorganik. Elektron
dari donor anorganik masuk
ke rantai transportasi
elektron dan pergerakan proton dibentuk sama
seperti pada chemoorganotrophs. Namun, salah satu perbedaan penting antara chemolithotrophs dan chemoorganotrophs,
selain donor elektron, adalah
sumber
karbon untuk biosintesis. Chemoorganotrophs menggunakan
senyawa
organik (glukosa, asetat, dan sejenisnya) sebagai sumber karbon sumber. Sebaliknya, chemolithotrophs
menggunakan karbon dioksida
(CO2)
sebagai sumber karbon.
Mikroorganisme phototrophs,
menggunakan cahaya sebagai sumber
energi dalam proses fotosintesis. Mekanisme cahaya digunakan sebagai sumber energi yang kompleks,
tapi hasil akhirnya adalah sama seperti dalam respirasi: pergerakan proton yang digunakan untuk menggerakkan sintesis ATP. Sintesis ATP cahaya
mediasi
disebut photofosforilasi. Kebanyakan
phototrophs menggunakan energi ATP
untuk asimilasi CO2 sebagai
sumber
karbon untuk biosintesis
disebut
photoautotrophs. Namun, beberapa phototrophs
menggunakan senyawa organik sebagai sumber
karbon dengan cahaya sebagai sumber energi, disebut photoheterotrophs.
Ada
dua jenis fotosintesis:
oksigenik
dan anoxygenik. Fotosintesis
oksigenik dilakukan
oleh cyanobacteria dan
kerabatnya dan juga oleh tanaman
hijau,
menghasilkan O2. Fotosintesis anoxygenic adalah proses yang sederhana
digunakan
oleh bakteri ungu dan hijau yang
tidak menghasilkan O2.
pustaka
Brock,
T.D., Madigan, M.T, Martiko, J.M.,
Parker, J. 1994. Biology of
Mikroorganisms. 7th ed. Prentice-Hall International.
Campbell,
N.A., Reece, J.B., Urry, L.A., Cain., M.L., Wasserman, S.A., Minorsky, P.V.,
Jackson, R.B. 2010. Biologi. 8th
ed. Erlangga.
Madigan,
M.T., Martinko, J.M., Stahl, D.A., Clark, D.P. 2012. Brock Biology of Microorganisms.13th ed. Pearson Education,
Inc.
Pelczar
dan Chan. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Jakarta:UI Press
0 komentar