Tahap Blastula Menuju Gastrula

LAPISAN GERMINAL

ORGAN DAN JARINGAN PADA HEWAN DEWASA

Ektoderm

Epidermis kulit dan turunannya (misalnya kelenjar kulit, kuku, lapisan epitelium mulut dan rektum; reseptor indera pada epidermis; kornea dan lensa mata; sistem saraf; medula adrenal; enamel gigi; epitelium kelenjar pineal dan kelenjar pituitari).

Endoderm

Epitelium yang melapisi saluran pencernaan (kecuali mulut dan rectum); epitelium yang melapisi sistem respirasi; hati; pankreas; tiroid; paratiroid; timus; lapisan uretra; kandung kemih dan sistem reproduksi.

Mesoderm

Notokord; sistem rangka; sistem perototan; sistem sirkulasi dan limfatik; sistem ekskresi; sistem reproduksi (kecuali sel germinal yang mulai berdiferensiasi selama pembelahan); dermis kulit; lapisan organ tubuh; korteks adrenal

(Campbell, 2004: 184)

 

Perubahan bentuk yang terjadi dari tahap blastula menjadi gastrula melibatkan beberapa mekanisme seluler, yaitu :

 

1. Perubahan motilitas sel

Morfogenesis merupakan aspek utama perkembangan hewan maupun tumbuhan, namun hanya pada hewan morfogenesis melibatkan pergerakan-pergerakan sel. Pada hewan, pergerakan bagian-bagian sel dapat menyebabkan perubahan bentuk sel atau memungkinkan sel bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain didalam embrio. Pola motilitas sel dalam gastrulasi yaitu :

a. Invaginasi

Invaginasi ini dimulai ketika sel-sel kubus di permukaan blastula menjadi berbentuk baji. Akan tetapi pergerakan sel-sel yang semakin jauh ke dalam embrio melibatkan perpanjangan filopodia oleh sel-sel ditepi depan jaringan yang bermigrasi. Sel-sel yang pertama bergerak melalui blastopor dan disepanjang bagian dalam blaastosol menarik sel-sel lain yang dibelakangnya, sehingga membantu pergerakan langsung keseluruhan lembaran sel dari permukaan embrio kedalam lokasi yang seharusnya didalam blastosol. Jad dengan kata lain, invaginasi adala pola motilitas dimana lapisan bagian luar masuk atau melipat ke dalam.

clip_image002

Gambar 1. Pola Invaginasi

 

b. Ingressi

Ingressi adalah pola motilitas sel dimana sel-sel bagian permukaan secara individual bermigrasi ke bagian dalam (interior) dari embrio.

clip_image003

Gambar 2. Pola Ingressi

c. Involusi

Involusi merupakan pola motilitas sel dimana lapisan sel membelok/ menggulung kedalam dan kemudian membentang jauh ke bagian permukaan internal.

clip_image004

Gambar 3. Pola Involusi

d. Epiboly

Epiboly adalah pola motilitas sel dimana lapisan sel membentang dengan menipiskan bentuk sel-selnya menyebrangi permukaan luar.

clip_image006

Gambar 4. Pola Epiboli

 

e. Interkalasi

Interkalasi adalah pola dimana dua atau lebih deretan sel menyusun diri dengan masuk ke sela-sela antara satu sel ke sel lainnya, sehingga terbentuk deretan sel yang lebih panjang dan lapisannnya lebih tipis.

clip_image007

Gambar 5. Pola Interkalasi

 

f. Convergent Extension

Convergent extension atau perluasan secara konvergen adalah pola motilitas sel dimana dua atau lebih deretan sel melakukan interkalasi, tetapi interkalasinya teratur dan terarah pada pola tertentu. Pada embrio sel-sel akan memanjang dengan ujung yang menunjuk ke arah pergerakan sel-sel, dan membentuk baji yang saling menyisip sehingga membentuk kolom sel-sel yang lebih sedikit. Ketika banyak sel berkonvergensi, maka jaringan dapat memanjang secara drastis.

clip_image008

Gambar 6. Pola Convergent Extension

 

2. Perubahan bentuk sel

Perubahan bentuk sel biasanya melibatkan reorganisasi sitoskeleton. Pertama mikrotubul yang terorientasi paralel terhadap sumbu dorsal ventral embrio tampaknya membangtu memperpanjang sel-sel pada arah itu. Di ujung dorsal setiap sel terdapat susunan paralel mikrofilamen (filamen aktin) yang terorientasi tegak lurus. Mikrofilamen ini berkontraksi menyebabkan sel-sel berbentuk baji yang mendorong lapisan ektoderm hingga melekuk kedalam. Sitoskeleton juga mendorong migrasi sel, pergerakan aktif sel-sel dari satu tempat ketempat lain dalam hewan yang sedang berkembang. Sel-sel “merayap” didalam embrio dengan menggunakan serat sitoskeleton untuk mengulurkan dan menarik kembali penjuluran seluler.

 

3. Perubahan adhesi seluler

Sekelompok protein-protein kunci yang berkontribusi terhadap migrasi sel dan struktur jaringan yang stabil adalah glikoprotein yang disebut molekul adhesi sel (cell adhesion molecule, CAM), protein permukaan sel transmembran yang berikatan ke CAM pada sel-sel lain. Diantara satu sel dan sel yang lain CAM bervariasi dalam jumlah, identitas kimiawi, atau keduanya. Perbedaan-perbedaan ini membantu meregulasi pergerakan morfogenetik dan pembangunan jaringan. Glikoprotein dalam matriks ekstraseluler (misal fibronektin) menautkan sel-sel yang bermigrasi dan juga berperan dalam menahan sel sehingga sel-sel tersebut mencapai tujuan.

Proses terbentuknya gastrula, yaitu :

a. Sel-sel blastula yang mengalami invaginasi terus tumbuh ke arah dalah sehingga blastipore akan terus terdesak ke dalam dan terbentuk rongga arkenteron.

b. Rongga ini membagi sel-sel yang tumbuh tersebut menjadi lapisan endoderm disebelah dalam dan mesoderm dibagian tengah.

c. Lapisan bagian terluar dari lapisan sel pada animal pole yang tetap berada diluar (tidak melipat ke dalam) membentuk ektoderm.

d. Ketiga lapisan tersebut kemudian disebut dengan Lapisan Germinal Embrio.

 

lapisan germinal

Gambar 7. Mekanisme terbentuknya Gastrula

0 komentar