Sejak tahun 1940 industri pertanian telah memakai bahan kimia untuk membasmi hama tanaman. Namun, penggunaan bahan kimia tersebut ternyata sangat berbahaya bagi lingkungan. Bahkan, hama berkembang lebih resistan atau kebal terhadap pestisida tersebut. Oleh karena itu, beberapa ahli pertanian mulai mengembangkan mikroorganisme pembasmi hama tanaman yang ramah lingkungan. Bakteri, virus, dan jamur dapat dimanfaatkan untuk membasmi hama tanaman tanpa merusak lingkungan.
Gambar: Hama tussockmoth
Salah satu agen bakteri, yaitu Bacillus thuriengiensis telah digunakan sejak akhir tahun 1950-an. Bakteri tersebut digunakan untuk mengontrol beberapa tipe ulat pemakan daun. Namun, masih timbul permasalahan tentang biaya pengembangan, produksi, dan pemasaran. Hal ini menyebabkan pembasmi hama biologi ini terlambat penyebarluasannya.
Pada bulan Januari 1978, para ilmuwan dari pusat penelitian pertanian menyusun program pengembangan efektif pembasmi hama biologis dari beberapa makhluk hidup. Misalnya, virus yang kini digunakan untuk melindungsi tanaman kapas dan tembakau. Contoh pembasmi hama yang lain antara lain Protozoa pembasmi belalang, virus pembasmi douglas tussockmoth (nama sejenis ulat) dan virus pembasmi gypsy moth (nama ulat). Program ini telah dikembangkan di negara yang memiliki program penyelamatan hutan dan lingkungan hidup, seperti di Kanada.
Berikut salah satu video penanganan hama semut dengan kontrol organik.
0 komentar