Backcross
Backcross
sering disebut juga persilangan balik atau perkawinan balik. Backcross adalah perkawinan antara
individu F1 dengan salah satu induknya, baik jantan maupun betina.
Dengan uji persilangan balik ini dapat diketahui bahwa individu yang fenotipnya
sama belum tentu memiliki genotipe yang sama. Misalnya saja perkawinan antara
tikus hitam dan tikus putih. Pada tikus tersebut terdapat gen B yang merupakan
penentu warna hitam dan bersifat dominan, sedangkan warna putih ditentukan oleh
adanya gen b pada tikus yang bersifat resesif. Bagaan persilangannya dapat
disaksikan pada tabel berikut.
P
: ♀ BB (Hitam)><♂ bb (Putih)
(G)
:
B
b
F1
:
Bb (Hitam)
F1><
F1 :♀
BB (Hitam) ><♂
Bb(Hitam)
G
:
B
B, b
Dari uji persilangan balik
(backcross) di atas, jelas terlihat
bahwa tikus yang berwarna hitam dapat memiliki genotip BB atau Bb. Berdasarkan
persilangan tersebut terlihat bahwa individu yang memiliki fenotip sama dapat
memiliki genotip yang berbeda.
Persilangan Resiprok
Persilangan
Resiprok menurut Welsh (1991) adalah persilangan antara dua induk, di mana
kedua induk berperan sebagai pejantan dalam satu persilangan, dan sebagai
betina dalam persilangan yang lain. Seleksi berulang resiprokal memperbaiki
kemampuan berkombinasi spesifik maupun umum. Caranya adalah dengan melakukan
seleksi terhadap dua populasi dengan waktu yang bersamaan (Welsh, 1991).
Misalnya,
persilangan tanaman ercis berbatang tinggi dengan genotip TT (homozigot dominan)
dengan tanaman ercis berbatang pendek dengan genotip tt (homozigot resesif).
Pada persilangan ini, sel kelamin jantan maupun betina dapat berasal dari
tanaman ercis berbatang tinggi maupun tanaman ercis berbatang pendek.
Sehingga dapat
dikatakan jika tanaman ercis jantan berbatang tinggi disilangkan dengan tanaman
ercis betina berbatang pendek maka keturunan yang dihasilkan akan memiliki
sifat yang sama dengan hasil persilangan antara tanaman ercis betina berbatang
tinggi dengan tanaman ercis jantan berbatang pendek. Dengan demikian, terlihat
bahwa individu jantan maupun betina memiliki kesempatan yang sama rata dalam
pewarisan sifat.
Penerapan
persilangan resiprok lainnya adalah pada peristiwa Rangkai silang yang pertama
kali ditemukan oleh T.H Morgan pada tahun 1910. Morgan menyilangkan lalat Drosophila melanogaster jantan bermata
putih dengan betina bermata merah. Lalat bermata merah lazim dianggap sebagai
lalat normal atau tipe alami (wild type), sedang gen pengatur tipe alami,
misalnya pengatur warna mata merah ini, dapat dilambangkan dengan tanda +. Biasanya, meskipun tidak selalu, gen tipe
alami bersifat dominan terhadap alel mutannya.
Hasil
persilangan Morgan tersebut, khususnya pada generasi F1, ternyata berbeda jika
parental jantan yang digunakan adalah tipe alami (bermata merah) dan tetua
betinanya bermata putih. Dengan perkataan lain, perkawinan resiprok
menghasilkan keturunan yang berbeda. Persilangan resiprok dengan hasil yang
berbeda ini memberikan petunjuk bahwa pewarisan warna mata pada Drosophila ada hubungannya dengan jenis
kelamin, dan ternyata kemudian memang diketahui bahwa gen yang mengatur warna
mata pada Drosophila terletak pada
kromosom kelamin, dalam hal ini kromosom X. Oleh karena itu, gen pengatur warna
mata ini dikatakan sebagai gen rangkai X. Bagan persilangan Morgan dapat
dilihat pada gambar berikut.
Daftar
Pustaka
Welsh, J.R., (1991). Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Alih Bahasa
J.P. Mogea. Erlangga, Jakarta.
J.P. Mogea. Erlangga, Jakarta.
Suryo. (1996). Genetika. Jakarta: Dirjen DIKTI
0 komentar