Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dalam Bioteknologi

      Bidang bioteknologi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, khususnya dalam penelitian biologi molekuler. Biologi molekuler sendiri merupakan salah satu bidang ilmu yang sedang berkembang dan telah banyak diaplikasikan pada berbagai bidang diantaranya kedokteran, farmasi, lingkungan, pertanian, dan lain sebagainya. Perkembangan penelitian biologi molekuler sangat didukung oleh perkembangan teknik dan instrumentasi yang ada saat ini. Salah satu teknik yang banyak diaplikasikan dan telah berkembang saat ini adalah PCR (Polymerase Chain Reaction). 

Polymerase Chain Reaction


      PCR menggunakan alat Thermal Cycler PCR yang mampu mengamplifikasi fragmen DNA secara in vitro. Teknik PCR secara sederhana merupakan reaksi amplifikasi fragmen DNA spesifik dengan batuan enzim DNA polymerase melalui mekanisme perubahan suhu, dimana terjadi penggandaan jumlah molekul DNA pada setiap siklusnya secara eksponensial dalam waktu yang relatif singkat. Secara umum proses ini dapat dikelompokkan dalam tiga tahap yang berurutan yaitu denaturasi template, annealing (penempelan) pasangan primer pada untai tunggal DNA target dan extension (pemanjangan atau polimerisasi). Dengan diketemukannya teknik PCR di samping juga teknik-teknik lain seperti sekuensing DNA, telah merevolusi bidang sains dan teknologi khususnya di bidang diagnosa penyakit genetik, kedokteran forensik dan evolusi molekular.

Definisi PCR 
PCR adalah metode untuk melipatgandakan (amplifikasi) potongan DNA dalam waktu singkat secara in vitro. Proses tersebut mirip dengan proses replikasi DNA secara in vivo (di dalam sel) yang bersifat semi konservatif (setiap utas DNA menjadi cetakan bagi pembentukan setiap utas baru, sehingga pada akhir proses replikasi akan dihasilkan dua utas ganda yang masing-masing mengandung satu utas lama dan satu utas baru). 

PCR merupakan teknik kunci dalam molekular genetik yang hanya menggunakan sedikit potongan kecil dari DNA untuk analisis, sehingga memiliki efisiensi yang sangat tinggi dalam menggandakan sekuens DNA tertentu. PCR memungkinkan adanya perbanyakan DNA antara dua primer, hanya di dalam tabung reaksi, tanpa perlu memasukkannya ke dalam sel (in vivo). Pada proses PCR dibutuhkan DNA untai ganda yang berfungsi sebagai cetakan (templatee) yang mengandung DNA-target (yang akan di amplifikasi) untuk pembentukan molekul DNA baru, enzim DNA polimerase, deoksinukleotida trifosfat (dNTP), dan sepasang primer oligonukleotida. Pada kondisi tertentu, kedua primer akan mengenali dan berikatan dengan untaian DNA komplemennya yang terletak pada awal dan akhir fragmen DNA target, sehingga kedua primer tersebut akan menyediakan gugus hidroksil bebas pada karbon 3’. 

Setelah kedua primer menempel pada DNA templatee, DNA polimerase mengkatalisis proses pemanjangan kedua primer dengan menambahkan nukleotida yang komplemen dengan urutan nukleotida templatee. DNA polimerase mengkatalisis pembentukan ikatan fosfodiester antara OH pada karbon 3’ dengan gugus 5’ fosfat dNTP yang ditambahkan. Sehingga proses penambahan dNTP yang dikatalisis oleh enzim DNA polimerase ini berlangsung dengan arah 5’→3’ dan disebut reaksi polimerisasi. Enzim DNA polimerase hanya akan menambahkan dNTP yang komplemen dengan nukleotida yang terdapat pada rantai DNA templatee.

Reaksi PCR meniru reaksi penggandaan atau replikasi DNA yang terjadi dalam makhluk hidup. Secara sederhana PCR merupakan reaksi penggandaan daerah tertentu dari DNA cetakan (templatee) dengan batuan enzim DNA polymerase melalui mekanisme perubahan suhu.

0 komentar