Kronologi Suksesi Ekologi di Lereng Gunung Merapi

Gunung merapi yang meletus menyebabkan sebuah konsekuensi ekologis yang penting bagi lingkungan.Lereng gunung Merapi selama kurun waktu yang lama merupakan tempat terbentuknya ekosistem hutan yang kaya vegetasi dan hewan.Kondisi ekosistem tersebut akan terus berkembang menuju keseimbangan lingkungan yang dinamis untuk perkembangan makhluk hidup.

Ekosistem yang seimbang akan memiliki komponen yang lengkap.

merapi

 

Faktor abiotik/faktor tidak hidup menjamin ketersediaan faktor nutrisi dan kondisi alam yang sesuai untuk hidup.Adanya cahaya matahari memungkinkan adanya pemenuhan kebutuhan fotositesis untuk tumbuhan.Keberdaan air permukaan dan air bawah tanah di wilayah ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan air tumbuhan dan minum bagi hewan.Hutan yang kaya vegetasi akan menjamin produksi oksigen pada kawasan ini. Sebagai daerah tropis dengan ketinggian sampai dengan 2.968 dpl, juga memiliki temperature yang sejuk, hangat, dan basah.Di samping itu, memiliki pengaruh iklim mikro yang cukup signifikan.Semua faktor abiotik dalam kondisi yang baik untuk pembentuakan hutan hujan tropis.

 

Sedangkan faktor biotik meliputi komponen makhluk hidup berupa tumbuhan, hewan dan manusia.Faktor biotik yang mendukung pertumbuhan berbagai jenis tumbuhan sehinggaterbentuk variasi vegetasi di hutan.Kondisi yang baik ini selanjutnya menarik bagi hewan dan manusia dapat hidup dengan memanfaatkan tumbuhan untuk hidup.

 

Gambar 1. Hutan di lereng gunung merapi

Sumber: http://rekatravel.net/wisata-gunung-merapi-yogyakarta/

 

Faktor yang tidak terduga berupa gangguan alam periodik bencana alam dapat terjadi.Merapi secara periodik aktif menyebabkan gangguan alam berupa erupsi.Bencana ini secara periodikmerusak sebagian dari ekosistem di sekitar Merapi.Ekosistem hutan yang sebelumnya ada, termasuk lingkungan tempat hidup manusia terkubur oleh material gunung Merapi.Termasuk kali/sungai yang menjadi lintasan material gunung merapi, penuh dengan batu dan pasir.Tercatat material yang dimuntahkan gunung merapi mencapai 11 juta meter kubik (Admin, 2010).

 

Gambar 2.Pasca erupsi merapi menyebabkan hilangnya ekosistem termasuk lahan untuk kehidupan manusia.

Sumber: http://unitedofnothing.wordpress.com/category/catatan-catatan-kill-the-dj/

Gambar 3.Tim SAR menyusuri kawasan merapi pasca erupsi yang diterjang awan panas dan material erupsi.

Sumber: http://mountmerapi.net/photo-gallery/kinahreja/

 

Erupsi gunung Merapi telah menghilangkan dan merusak ekosistem disekitarnya memberikan ekologis yang penting untuk pembentukan ekosistem baru yang lebih baik. Pada suatu kawasan baru yang tidak memiliki kehidupan, maupun ekosistem yang rusak akan mengalamumekanisme suksesi ekologi. Ekosistem yang telah hilang menjadi kawasan baru tanpa factor kehidupan.Tahap selanjutnya adalah pembentukan kehidupan yang baru pada sebuah kawasan.Suksesi bisa terjadi menjadi dua pola yaitu secara primer dan sekunder.Suksesi primer terjadi pada sebuah lahan/lokasi yang tidak pernah ada kehidupan sebelumnya.Sedangkan suksesi sekunder terjadi pada ekosistem yang rusak dan berusaha untuk memperbaiki dirinya menjadi ekosistem yang seimbang.

 

Tujuan akhir dari proses suksesi adalah pembentukan komunitas klimaks. Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan (Irhash, 2008)

 

Daerah yang terkena letusan gunung Merapi mengalami dua tipe suksesi primer dan sekunder.Daerah di lereng gunung merapi yang tertimbun pasir dan batu akhirnya menjadi lingkungan baru.Dan tidak ada kehidupan yang muncul disana.Maka kronologi pembentukan ekosistem baru dimulai dari awal.Sedangkan beberapa daerah di sekitar mungkin tidak terkena atau tidak terkubur material gunung merapi.Hanya terkena awan panas.Menyebabkan kerusakan ekosistem, tapi tidak mematikan makhluk hidup secara keseluruhan. Maka ekosistem ini akan memperbaiki dirinya.

 

Suksesi primer merupakan awal dari keberadaan dan perkembangan sebuah ekosistem dari suatu ekosistem yang belum pernah ada.Ekosistem yang kosong ini tidak memiliki faktor untuk makhluk hidup dapat hidup. Pertama-tama material gunung api tersebut masih bersuhu sangat panas pasca erupsi terjadi. Mekanisme alam berupa pergantian siang dan malam berupa perbedaan temperature segeramendinginkan material tersebut.Termasuk dengan keberadaan curah hujan pada calon ekosistem ini.

 

Selanjutnya setelah suhu mulai mendingin maka proses suksesi primer dimulai. Kehidupan baru mulai terbentuk dengan kehadiran organisme pionir berupa lichen. Lichen merupakan asosiasi antara dua organisme yaitu fungi dan algae. Organisme pionir bisa bertoleransi dengan kondisi ekstrim dalam keadaan panas dan dingin serta kering dan basah.Lichen tidak membutuhkan tanah untuk hidup. Sehingga lichen di ekosistem yang belum terbentuk ini akan hidup di permukaan batu. Lichen tumbuh beraneka warna dan bentuknya berlapis-lapis.Alga berperan untuk fotositesis dan fungi mengabsorbsi nutrisi dari batu dan menahan air.Lambat laun menyebabkan hancurnya batu yang ditumpanginya.

 

Setelah batuan hancur maka membentuk lekukan dan celah-celah pada bebatuan. Air yang diikat oleh fungi akan dikeluarkan pada lekukan yang dibentuk dari penghancuran batu. Kondisi ini semakin menghancurkan batu.

 

Gambar 4. Lichen di permukaan batu.

Sumber: https://www.dmt-nexus.me/forum/default.aspx?g= posts&t=18193 dan http://willowhousechronicles.wordpress. com/2009/12/17/likin-lichens/

 

 

Setelah lichen mati maka menghasilakan celah dan retakan yang semakin banyak pada permukaan dan sisi batu.Selanjutnya lichen yang terurai meninggalkan tanah dan nutrisi yang mendukung pertumbuhan lumut. Lumut pada proses siklus hidupnya akhirnya mati dan menuju proses pembentukan tanah yang lebih subur. Tanah subur terbuat dari batu yang hancur, sisa organisme yang membusuk, air dan udara.

 

Setelah tanah yang subur tercukupi produksinya maka tumbuhan dengan tingkat lebih tinggi dapat tumbuh.Dominasi tumbuhan selanjutnya adalah paku-pakuan. Paku akan hidup di sela-sela batu dan tanah yang mengandung nutrisi. Sementara di permukaan batu masih bisa dijumpai lumut, tetapi tidak dijumpai lichen.

 

Gambar 5. Lumut yang mati pada permukaan batu.

Gambar 6. Dominasi paku-pakuan di celah batuan dan permukaan tanah

Gambar 7.Lumut dan paku dijumpai hidup bersama.Sisa-sisa daun danranting dari tumbuhan menjadi sumber pembentukan tanah yang lebih subur.

 

Pada tahap selanjutnya terbentuk ekosistem yang semakin kompleks berupa pertumbuhankelompok rumput, semak, perdu dan pohon-pohonan segera tumbuh. Benih tersebut berasal dari biji-biji yang diterbangkan angin, karena pada dasarnya tumbuhan-tumbuhan yang hidup pada lingkungan tersebut berpencar dengan bantuan angin.Biji-biji tersebut berasal dari tumbuhan di sekitar ekosistem yang tidak terkena suksesi ataupun yang mengalami suksesi sekunder.

 

Tanah menjadi semakin subur dan beraneka ragam jenis vegetasinya. Sisa-sisa daun dan ranting akan jatuh ke tanah membusuk dan membentuk tanah yang subur. Oleh karena itu, memberiakan kesempatan untuk tumbuhan dengan ukuran pendek untuk hidup merambat di tanah.Setelah tumbuhan dapat hidup dengan baik maka, hewan-hewan mulai mendatangi daerah tersebut untuk hidup dan mencari makan.

A

Gambar 8. Benih dari jenis tumbuhan ini terbawa oleh angin (A,C, D). Pohon dengan ukuran tinggi juga dapat tumbuh (B).

C

D

B

Kemudian, apa yang terjadi dengan suksesi sekunder? Vegetasi di daerah suksesi sekunder hanya mengalami kerusakan atau kehilangan beberapa jenis vegetasi. Tumbuhan yang berukuran kecil dan tidak berkayu akan lebih mudah mati sedangkan tumbuhan yang lebih keras masih bertahan. Pada mulanya tumbuhan keras akan mendominasi. Akan tetapi, pengaruh lingkungan dari luar yaitu di sekitar ekosistem akan membawa benih tumbuhan yang akan memperbanyak jenis vegetasi di ekosistem tersebut. Termasuk hewan yang masuk ekosistem tersebut kemungkinan membawa benih tersebut dari luar.Pada akhirnya, suksesi sekunder menghasilkan komunitas klimaks yang lebih cepat dibandingkan daerah dengan suksesi primer. Faktor alam, nutrisi dan makhluk hidup yang menjadi penghambat pada suksesi sekunder lebih sedikit dibandingkan di wilayah yang mengalami suksesi primer yang membentuk nutrisi dan proses ekologisnya dari awal.

Alam sebenarnya sudah memiliki mekanisme alami agar ekosistem baru dapat terbentuk melalui suksesi. Proses terbentuknya sebuah ekosistem dapat dibantu oleh keberadaan manusia yang memiliki kepentingan terhadap ekosistem untuk peningkatan kesejahteraan hidupnya. Lereng gunung Merapi, sebagian besar dipakai untuk pemukiman dan lahan pertanian.Lahan pertanian yang tertimbun material Merapi dibantu percepatan suksesinya oleh masyarakat setempat serta pemerintah.

Gambar 9.Pohon akasia sengaja ditanam masyarakat dan pihak terkait untuk pembentukan hutan yang baru.

Gambar 10.Pasir dan batu pada suatu lahan dikeruk sehingga di dapatkan lapisan tanah yang lama.Setelah itu ditanami rumput gajah dan singkong.

Gambar 11.Hutan buatan yang sudah terbentuk di kawasan lereng gunung Merapi.Hewan kemudian datang dan hidup dalam ekosistem tersebut.

Suksesi ekologi di wilayah terdampak bencana gunung Merapi dibantu dengan usaha manusia untuk menanami dengan tumbuhan budidaya.Jenis tumbuhan budidaya meliputi tumbuhan rumput gajah (Pennisetum purpurium), Pisang (Musasp.), Singkong (Manihot sp.) dan tanaman perkebunan seperti akasia.Di lokasi lain, batu dan pasir yang sulit menjadi tempat hidup bagi tumbuhan kemudian dikeruk sampai tanah yang lama dapat ditemukan. Selanjutnya akanditanami tumbuhan rumput dan akasia. Sisanya adalah wilayah yang tidak terjangkau oleh manusia akan mengalami suksesi secara alami.

0 komentar