Alat Kontrasepsi Masa Depan Berbentuk Chip




Alat kontrasepsi masa depan akan berbentuk chip yang disipkan di bawah kulit wanita
Sebuah proyek untuk membuat alat kontrasepsi berbentuk chip telah bergulir. Proyek yang juga didukung oleh pembesar Microsoft, Bill Gates, ini berfungsi sebagai mana layaknya alat kontrasepsi yaitu untuk mengendalikan kelahiran.

Jika berhasil, chip tersebut akan  ditanam di bawah kulit wanita. Setelah masuk di bawah jaringan kulit, ia akan melepaskan sejumlah dosis kecil hormon levonorgestrel. Rencananya para ilmuwan akan mengajukan pra-uji klinis tahun 2015 mendatang di Amerika Serikat. Setelah itu baru bisa dikomersilkan sekitar tahun 2018.

Menariknya lagi, chip ini akan bertahan selama 16 tahun. Selama itu, ia akan terus melepaskan hormon levonorgestrel setiap harinya.  Namun proses tersebut bisa dihentikan dengan menggunakan remote nirkabel.

Levonorgestrel sendiri adalah sejenis hormon sintetik (progestin) yang biasa digunakan dalam pembuatan  pil kontrasepsi. 

"Chip ini mempunyai kemampuan untuk dinyalakan dan dimatikan dari jarak jauh. Diharapkan chip ini dapat memberikan kenyamanan tertentu bagi mereka yang berencana berkeluarga," ujar Dr. Robert Farra dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat, seperti dilansir BBC

Proyek yang didukung Bill Gates ini akan diajukan untuk pengujian pra-klinis di Amerika Serikat tahun depan. Chip ini kemungkinan bakal tersedia secara komersial mulai 2018.

Chip berukuran 20mm x 20mm x 7mm itu akan memiliki 'harga kompetitif', kata penciptanya.

Alat ini memiliki sebuah wadah hormon super-mini yang ditanamkan dalam microchip seluas 1,5 cm. Kemudian sebuah muatan listrik kecil dialirkan untuk mencairkan segel ultra-tipis di sekitar levonorgestrel, melepaskan dosis 30 mikrogram ke dalam tubuh.

Tantangan berikutnya bagi para peneliti MIT adalah menjamin keamanan mutlak dari perangkat ini. Terutama untuk mencegah aktivasi atau deaktivasi oleh orang lain tanpa sepengetahuan si pemakai.

"Komunikasi dengan implan harus sedekat mungkin dengan kulit sehingga orang di ruang sebelah tidak dapat mengaktifkan atau mematikan," kata Dr Farra.

Para peneliti mengakui chip ini masih perlu untuk dikembangkan lagi untuk menjamin keamanan saat pemakaian. Bisa jadi kendali aktivasi akan disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab tanpa sepengetahuan wanita pemilik kontrasepsi. 

"Kita harus memiliki enkripsi yang aman sehingga dapat mencegah seseorang untuk mengotak-atik alat tersebut selain wanita itu sendiri," imbuh Dr. Farra.

Simon Karger, kepala bedah dan intervensi bisnis di Cambridge Consultants, mengatakan bahwa teknologi implan seperti ini menghadapi berbagai tantangan dan risiko.

Karena, meski chip ini mampu menggantikan obat lain yang serupa, tetapi  para ahli ragu jika teknologi tersebut tak akan membahayakan penggunanya bila tidak sesuai.

Namun dia menambahkan bahwa secara keseluruhan implan jenis ini memiliki nilai lebih bagi pasien. Dan dia meramalkan sebuah masa depan di mana sistem implan pintar menjadi hal yang umum.

Inovasi tersebut nampaknya datang tepat pada waktunya. Diprediksi tahun 2020 nanti, 120 juta lebih perempuan telah memanfaatkan chip tersebut.

Sementara itu, Gavin Corley, seorang insinyur biomedis, mengatakan teknologi ini memberi kesempatan bagi daerah di mana akses ke kontrasepsi tradisional terbatas untuk bisa menikmati kontrasepsi dengan mudah.

( Sumber: BBC)

0 komentar