Transfer gen dapat terjadi/dilakukan melalui serangkain metode/ mekanisme berikut:
a.
Transformasi
Transformasi
merupakan pengambilan DNA oleh bakteri dari lingkungan di sekelilingnya. DNA
yang berada di sekitar bakteri (DNA asing) dapat berupa potongan DNA atau
fragmen DNA yang berasal dari sel bakteri lainnya atau dari organisme lainnya.
Masuknya DNA dari lingkungan ke dalam sel bakteri ini dapat terjadi secara
alami. Fenomena transformasi ini telah diamati oleh Griffith (1928) dan
kelompok Avery (1944). Griffith (1928) telah menemukan bahwa strain bakteri
yang tidak virulen (strain yang penampilan koloninya kasar) dapat berubah
sifatnya menjadi strain yang virulen (penampilan koloninya halus). Perubahan
sifat ini disebabkan karena strain yanng tidak virulen (strain kasar)
dicampuran dengan sel-sel bakteri strain virulen (strain halus) yang telah
dimatikan.
Gambar 1. Bagan Transformasi Gen
Avery, McCleod,
dan McCarty (1944) menemukan bahwa perubahan sifat atau transformasi dari
bakteri kasar menjadi bakteri halus atau perubahan dari tidak virulen menjadi
virulen tersebut disebabkan oleh adanya DNA dari sel bakteri halus yang masuk
ke dalam sel bakteri kasar. Berdasarkan pada mekanisme transformasi alami ini,
kita dapat melakukan transformasi bakteri secara buatan. Dengan perlakuan
tertentu, kita dapat memasukkan potongan DNA ke dalam sel bakteri. Prinsipnya
sederhana yaitu mencampurkan sel-sel bakteri hidup dengan potongan DNA tertentu
di dalam tabung reaksi. Beberapa waktu kemudian kita dapat menyeleksi sel-sel
bakteri yang sudah mengandung potongan DNA tertentu tersebut.
Gambar 2.
Transformasi Gen
b.
Konjugasi
Konjugasi
merupakan perpindahan DNA dari satu sel (sel donor) ke dalam sel bakteri lainnya
(sel resipien) melalui kontak fisik antara kedua sel. Sel donor (sel jantan)
memasukkan sebagian DNA-nya ke dalam sel resipien (sel betina). Transfer DNA
ini melalui pili seks yang dimiliki oleh sel jantan. Sel betina tidak memiliki
pili seks. DNA dari sel jantan berpindah ke dalam sel betina secara replikatif.
Oleh karena itu, setelah proses konjugasi selesai, sel jantan tidak kehilangan
DNA. Setelah konjugasi selesai kedua sel berpisah kembali dan jumlah sel tidak
bertambah (setelah konjugasi tidak dihasilkan anak sel). Oleh karena itu,
proses konjugasi ini disebut juga sebagai proses atau mekanisme seksual yang
tidak reproduktif.
Gambar 3.
Konjugasi, Transformasi, Transduksi Gen
c.
Elektroporasi
Elektroporasi merupakan metode
yang menggunakan kejutan listrik untuk memperbesar pori-pori membran sel
sehingga meningkatkan permeabilitas membran. Untuk melakukan metode ini, sel harus terlebih dahulu ditumbuhkan
pada media hingga mencapai
masa di sekitar pertengahan fase log. Kemudian sinyal elektrik
akan menginduksi perbesaran pori-pori membran sehingga molekul yang
berukuran kecil seperti DNA dapat masuk (Gruber, 1995; Watson JD, 2008).
Gambar 4.
Peralatan Elektroporasi
Metode ini memiliki kemungkinan berhasil yang
tinggi serta efisiensi yang tinggi dibanding metode transformasi lainnya
namun memiliki risiko kematian sel bakteri yang lebih besar serta
biayanya pun relatif mahal. Tingkat keberhasilan dari metode ini
juga tergantung pada kandungan garam yang ada di lingkungan. Selain
elektroporasi, metode untuk memasukkan DNA plasmid ke dalam
suatu sel adalah dengan menggunakan perlakuan gelembung liposom (berukuran
nano) serta kejutan suara ( Oswald,
2007; Suzuki, 2008)
Metode
elektroporasi sudah diaplikasikan dalam berbagai bidang. Dalam bidang
pertanian, elektroporasi dapat digunakan untuk memodifikasi
mikroorganisme agar dapat menambat nitrogen bebas yaitu dengan
menyisipkan gen yang dapat menambat nitrogen bebas. Selain itu
juga dapat dihasilkan tanaman transgenik yang memiliki genotipe
yang lebih istimewa (seperti peningkatan mutu, rasa dan ketahanan
misalnya). Dalam bidang kedokteran, elektroporasi juga dapat digunakan
untuk menyisipkan gen ke dalam suatu bakteri untuk
penghasilan produk komersil seperti hormon insulin yang
berguna untuk penderita diabetes. Selain itu, di bidang bioremediasi,
elektroporasi dapat digunakan untuk memodifikasi mikroorganisme sehingga
mikroorganisme dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan seperti
tumpahan minyak di laut dengan memindahkan gen yang
menyandikan enzim yang dapat menguraikan minyak pada bakteri
target (Seidman, 2001; Madigan, 2009)
d.
Transfer
gen dengan mediasi liposom
Liposom adalah
molekul lipid sirkular, yang memiliki interior cair yang dapat membawa asam
nukleat. beberapa teknik telah dikembangkan untuk merangkum DNA dalam liposom.
Transfer gen dengan mediasi liposom disebut sebagai lipofection.
Pada transfer
fragmen DNA dengan liposom, potongan-potongan DNA bisa dikemas dalam liposom.
Liposom ini dapat melekat pada membran sel dan menyatu dengan mereka untuk
mentransfer fragmen DNA. Dengan demikian, DNA memasuki sel dan kemudian menuju
nukleus.
e. Transfer
langsung
Transfer
DNA ke dalam nukleus secara langsung juga dapat menggunakan teknik mikro
injeksi dan penembakan/pengeboman partikel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi komentar yang baik dan membangun. Sampaikan saran, kritik, pertanyaan, atau opini Anda. Kami akan coba lakukan yang terbaik untuk sobat Zona Biologi Kita