Bioteknologi Konvensional

Bioteknologi bukanlah merupakan ilmu baru dalam peradaban manusia. Bioteknologi telah dilakukan sejak zaman prasejarah, antara lain untuk menghasilkan minuman beralkohol dan makanan yang difermentasikan. Bioteknologi mengalami perkembangan secara bertahap. Semenjak awal diterapkan, sampai dengan tahun 1857 disebut era bioteknologi non-mikrobial.

Keju bioteknologi konvensional mikroba

Bioteknologi konvensional disebut juga bioteknologi tradisional. Jenis bioteknologi ini menggunakan teknik dan peralatan yang sederhana. Pada bioteknologi konvensional, memanfaatkan mikroorganisme, proses biokimia, dan proses genetik alami seperti mutasi dan rekombinasi genetik. Pada bioteknologi konvensional ini manipulasi dilakukan pada kondisi lingkungan dan media tumbuh (substrat).

Makhluk hidup yang digunakan dalam bioteknologi konvensional belum mengalami rekayasa genetika. Jika pun ada, rekayasa yang dilakukan bersifat sederhana dan perubahan bahan genetik yang dihasilkan tidak tepat sasaran. Sebagai contoh pada proses pencarian bibit unggul melalui radiasi akan menghasilkan anakan dengan sifat-sifat baru yang tidak dapat diramalkan sebelumnya.

Kelebihan bioteknologi konvensional sebagai berikut. a. Biaya relatif murah. b. Teknologi relatif sederhana. c. Pengaruh jangka panjang biasanya sudah diketahui. Sementara itu, kelemahan bioteknologi konvensional sebagai berikut. a. Hanya diproduksi dalam skala kecil untuk mencukupi kebutuhan masing-masing. b. Belum ada pengkajian prinsip-prinsip ilmiah. c. Tidak dapat mengatasi ketidaksesuaian genetik. d. Hasil tidak dapat diperkirakan sebelumnya. e. Memerlukan waktu relatif lama. f. Perbaikan genetik tidak terarah.

Penerapan bioteknologi konvensional dalam kehidupan sehari-hari

a. Menggunakan mikroorganisme untuk mengubah bahan pangan 1) Aspergillus oryzae atau Aspergillus wentii bersama Saccharomyces rouxii atau Pediococcus soyae atau Torulopsis sp. digunakan dalam pembuatan kecap. Mikroorganisme tersebut mengubah campuran kedelai dan padi-padian menjadi kecap (Indonesia), Shoyu (Jepang), Chiang-yu (Cina) , dan soy-sauce (Eropa).

2) Aspergillus wentii digunakan untuk memfermentasikan biji-bijian, kedelai, dan garam menjadi tauco dan kecap kedelai.

3) Rhizopus oryzae, Rhizopus oligosporus, R. stolonifer, R. chlamydosporus dimanfaatkan oleh orang untuk memfermentasikan kedelai yang sudah dikupas kulitnya. Miselium jamur tersebut akan mengikat keping-keping biji kedelai membentuk produk yang disebut tempe.

4) Makanan lain yang dibuat menggunakan jasa mikroorganisme melalui proses fermentasi adalah oncom (Neurospora), tape (Aspergillus oryzae, Saccharomyces, Rhizopus sp., Hansenula sp., dan Torulopsis, sp.); roti, kue, anggur, dan bir, (Saccharomyces), serta keju, mentega, yoghurt (Streptococcus lactis)

b. Mikroorganisme yang menjadi bahan pangan

Seperti sudah dijelaskan bahwa mikroorganisme tidak hanya dapat mengubah bahan pangan, tapi justru dapat menjadi bahan pangan itu sendiri. Penerapan bioteknologi dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1) Protein Sel Tunggal (PST).

http://aguskrisnoblog.files.wordpress.com/2011/11/gambar-1.jpg

Candida utilis sebagai bahan protein sel tunggal.

Sumber gambar .

Istilah protein sel tunggal digunakan untuk menyatakan protein mikroorganisme untuk membedakan dengan protein yang berasal dari hewan dan tumbuhan. PST mengacu kepada sel mikroorganisme yang dikeringkan seperti bakteri, alga dan jamur yang sebelumnya ditumbuhkan di dalam sistem biakan yang berskala besar. Meskipun mikroorganisme ini ditumbuhkan untuk menghasilkan protein, tetapi juga mengandung karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan senyawa nitrogen bukan protein seperti asam nukleat.

Produksi PST pertama yang memberikan harapan berasal dari Jerman, diperoleh dengan jalan menumbuhkan Saccharomyces cerevisae di dalam medium molase (limbah pabrik gula) dan garam amonium. Hasil proses ini dikonsumsi oleh manusia sebagai pengganti protein. Limbah pabrik bubur kayu berupa sulfit juga telah digunakan sebagai bahan baku dengan memanfaatkan khamir Candida utiliauntuk menghasilkan protein bagi manusia dan hewan.

Daftar Pustaka

  • Aberchrombie, M., et al. 1997. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Erlangga.
  • Brurn, G.D., Larry Mc Kane, and Gerry Karp. 1994. Biology: Exploring Life. New York: John Wiley & Sons.
  • Burnei, David. 1994. Concise Encyclopedia Nature. London: Dorling Kindersler.
  • Burnie, D. 2004. 82 Percobaan Alam. Semarang: Mandira Jaya Abadi.
  • Campbell, N.A. 1997. Biology. Fourth Edition. California: The Benjamin/Cummings Publishing Company Inc.
  • Langkah Sembiring. 2004. Biologi kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan Nasional

0 komentar